cara menemukan guru sejati dalam diri

Selamaini kamu tidak mengetahui cara menemukan cinta sejati mungkin karena tidak tahu apa yang sebenarnya kamu cari dari pasanganmu. Cobalah tuliskan sifat atau karakter yang kamu anggap penting dari calon pasangan. Menentukan sifat calon pasangan adalah cara yang baik untuk mengetahui apa yang sebenarnya kamu inginkan dalam mencari cinta. Gurukita ada dalam hidup kita pada dasarnya untuk membantu kita mengembangkan, memperkuat, dan memperdalam hubungan kita dengan guru batin kita sendiri. Saya memiliki banyak guru, terapis, dan pemandu yang luar biasa selama bertahun-tahun, dan masing-masing telah membantu saya dengan cara yang istimewa. Adatiga 'aku', dalam diri Anda. Dan itu telah di defenisikan pada artikel sebelumnya. Diri Anda yang lebih tinggi (higher self), bukanlah entitas yang terpisah dari Anda, itu adalah bagian dari diri Anda. Ketika orang berbicara tentang higher self, seharusnya, mengacu pada aspek mengetahui. Atau membangunkan diri mereka sendiri. 7Cara Mencari Guru Spiritual Islam Yang Perlu Anda Tahu 1. Pilihlah guru spiritual yang mementingkan kemaslahatan dunia dan akhirat Dalam usaha mencari guru spiritual Islam, Anda perlu memilih seseorang yang mengajarkan kepada muridnya mengenai cara mencapai kemuliaan dunia dan akhirat. Bukan hanya untuk mementingkan kehidupan duniawi saja. 2. Namunsyarat yang diajarkan Sunan Bonang cuma satu: duduk, diam, meneng, mengalahkan diri/ego dan patuh pada sang guru sejati (kesadaran ruh). Untuk menghidupkan kesadaran guru sejati (ruh) yang sekian lama terkubur dan tertimbun nafsu dan ego ini, Bonang menguji tekad Raden Syahid dengan menyuruhnya untuk diam di pinggir kali. T Shirt Mann Mit Grill Sucht Frau Mit Kohle. Setiap orang yang menapaki jalan Spiritual, mempelajari ilmu spiritual, tentunya sudah pernah mendengar mengenai Guru Sejati. Guru sejati adalah seseorang yang akan memberikan sebuah metode atau ilmu sejati yang membuat kita bisa memahami diri kita sendiri. Guru sejati adalah mereka yang sudah paham kemana arah tujuan hidup ini dan memberikan pengalamannya kepada kita semua agar kita juga bisa melangkah ke tujuan sejati tersebut. Dalam ilmu spiritual energi yang saya pelajari, arti dari guru sejati sangat berbeda, guru sejati tidak merujuk kepada manusia, atau mahluk gaib / ascendant master yang tinggal di frekuensi yang lebih tinggi dibanding kita, bukan juga merujuk kepada malaikat/angel. Guru sjeati menurut ilmu energi spiritual nusantara adalah Percikan Cahaya Tuhan yang ada di dalam diri kita. Di dalam setiap mahluk ciptaan, ada yang menyebut sebagai dzat inti hidup. Dzat ini adalah dzat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada kita. Inilah yang disebut sebagai nyawa, sebuah baterai energi yang bisa menghidupkan sistem tubuh kita, pada kehidupan kita di dunia ini. Menurut ilmu spiritual berbasis energi ilmu energi spiritual nusantara yang saya pelajari ini, orang yang memberikan metode atau yang menghantarkan sampai ke pada pertemuan dengan Percikan Cahaya Tuhan yang ada di dalam diri manusia guru sejati disebut sebagai fasilitator. Seorang fasilitator tugasnya hanyalah mengantarkan saja, semua pelajaran mengenai keilmuan dan kehidupan akan diberikan langsung oleh sang Guru Sejati. Terkadang ada banyak perguruan atau organisasi/lembaga yang memberikan ilmu spiritual yang nantinya juga membawa kepada perjumpaan kepada guru sejati Percikan Cahaya Tuhan yang ada di dalam diri . Pemberian ilmu spiritual ini sendiri membutuhkan tingkatan/level dan waktu yang berjenjang. Yang biasanya terjadi, waktu dan tahapan yang dibutuhkan sangatlah panjang. Butuh waktu dan keberuntungan untuk bisa menapaki semua levelnya, dari tingkat dasar sampai tingkat lanjut. Bisa jadi ketika ilmu spiritual tersebut hadir di dunia, memang itu yang diperlukan dan cocok bagi masyarakat pada saat/zaman itu. Keadaan bumi saat ini membuat alam semesta memberikan jalan, sehingga tingkatan ilmu spiritual yang panjang tersebut menjadi lebih pendek durasinya, dan jika sebelumnya, mereka yang memeiliki bakat spiritual bisa memiliki keberuntungan sehingga jalan menuju puncak keilmuan menjadi mudah, maka saat ini tidak hanya mereka yang memiliki bakat saja yang bisa, mereka yang tidak/belum nampak bakatnya bisa segera menuju puncak keilmuan, bisa segera bertemu dengan guru sejati yang ada di dalam dirinya sendiri. Ilmu energi spiritual nusantara akan bisa menjadi sarana bagi anda yang ingin lebih cepat bertemu/tersambung dengan guru sejati. Dengan tehnik C* , setiap peserta akan memiliki bakat spiritual dan setelah nya akan menjadi lebih mudah disambungkan dengan guru sejati ini. Bagaimana tahapan bertemu/tersambung dnegan guru sejati? Anda bisa membaca artikel saya yang berjudul Saya selaku fasilitator hanya akan menjadi teman sharing saja, hanya akan mengantarkan anda saja sampai bertemu dan tersambung dnegan guru sejati ini. Yang akan menjawab segala pertanyaan adalah guru sejati, yang mengajarkan tingkat keilmuan yang lebih tinggi hanyalah guru sejati. Yang akan memberikan bantuan juga, hanyalah guru sejati ini. Sebagai fasilitator, saya hanya sebagai teman sharing, memberikan masukan dan sharing mengenai pengalaman. Menurut formulator ilmu spiritual berbasis energi ilmu energi spiritual nusantara ini, memang diformulasikan seperti ini, karena keprihatinannya melihat banyak orang terjebak dengan pengkultusan sosok manusia yang sebenarnya hanya menjadi fasilitator, yang menghubungkan sampai kepada guru sejati. Banyak orang yang seolah olah tanpa disadari lebih mementingkan sosok manusia ini daripada Tuhan itu sendiri. Jika anda berhasil dan berjodoh dengan ilmu spiritual ini, maka nantinya Navigator kehidupan istilah saya sendiri merujuk kepada sang guru akan langsung mengajarkan perbendaharaan ilmu yang begitu luar biasa, guru sejati akan memberikan pemahaman kepada kita, dan jawaban dari sang guru sejati akan seolah olah tiba tiba sudah ada di otak kita, dan kita bisa paham dengan apa yang kita tanyakan, tiba tiba kita akan dibimbing untuk sampai pada sebuah tempat atau kejadian, ini adalah cara, dari sang guru sejati untuk bisa membuat kita paham. Pengalaman ini sangatlah luar biasa sekali. Hubungan yang interaktif dengan sang guru sejati akan bisa kita dapatkan. Dimana kita bertanya, maka dia menjawab, saat otak kita tidak paham, maka dia akan menjelaskan, bisa secara langsung ataupun lewat kejadian dan peristiwa. Sungguh sangat menyenangkan. Suatu saaat yang lalu saya pernah membaca sebuah kalimat suci, Awaludin Makrifatullah”………. Saya memahaminya sebagai awal dari segala sesuatu adalah perkenalan dengan Allah Swt. Kenali Tuhan Yang maha Esa yang sedikit Dzatnya ada di dalam diri kita, kita kenali sebagai Percikan Cahaya Tuhan di dalam diri. Maka Dzatnya ini akan membawa kita langsung kepadaNya, Sang Maha Esa. Jika anda adalah pencari kebenaran sejati, yang mencari jalan paling cepat dan tepat untuk bisa terhubung dengan Guru Sejati yang ada di dalam diri anda sendiri, maka anda bisa mengikuti program saya berikut ini ProgramPengembangan Diri untuk Kesuksesan Hidup Workshop Energi Spiritual Nusantara About Erlangga Asvi Dalam aspek filosofi atau spiritual kebatinan dikenal adanya istilah Aku dan Guru Sejati. Aku adalah orang yang bersangkutan yang sedang mempelajari ilmu. Guru Sejati adalah pihak yang memberi ajaran. Istilah Aku dan Guru Sejati ada dalam semua jenis keilmuan, yang tradisional maupun yang modern, tetapi dalam halaman ini pengertiannya dimaksudkan pada aspek filosofi dari ilmu kebatinan dan spiritual. Di dalam semua jenis keilmuan, ada semacam penjurusan dalam pelajarannya, termasuk di dalam keilmuan kebatinan dan spiritual. Yang pertama adalah aspek pengetahuan yang mengarah kepada aspek filosofi atau spiritual dari sesuatu ilmu yang menjadi ukuran kedalaman ilmu seseorang. Yang kedua adalah ilmu-ilmu atau kekuatan dari keilmuan itu sendiri yang menjadi ukuran ketinggian ilmu seseorang. Pelajaran mengenai aspek filosofi atau spiritual dari sesuatu ilmu seringkali diabaikan oleh orang-orang yang sedang menuntut ilmu. Orang lebih tertarik untuk segera dapat menguasai ilmu-ilmu tertentu yang dipandangnya berguna atau hebat dan kelihatan hasilnya. Sedangkan aspek filosofinya sendiri seringkali diabaikan, karena dianggap hanya formalitas saja dan dianggap hanya pelajaran moral budi pekerti saja yang tidak terkait langsung dengan keilmuannya. Kecenderungannya, orang tersebut akan suka pamer ilmu dan merasa hebat karena merasa berilmu. Padahal, pelajaran mengenai aspek filosofi atau spiritual dari sesuatu ilmu, selain dimaksudkan sebagai ajaran moral dan budi pekerti, tetapi juga merupakan bahan untuk memperdalam suatu keilmuan. Bila aspek filosofi ini ditekuni dengan sungguh-sungguh akan dapat membawa pencapaian keilmuan seseorang kepada tahapan yang tak terduga. Orang berilmu yang juga menekuni aspek filosofi dari keilmuannya, maka ilmunya bukan hanya tinggi, tetapi juga dalam. Aspek filosofi ini menjadi ukuran kedalaman ilmu seseorang dan keilmuan yang dalam dapat menenggelamkan / menangkal keilmuan yang tinggi. Dan seringkali terjadi bahwa orang yang ilmunya tinggi ternyata kalah / tenggelam oleh orang yang ilmunya dalam. Bahkan ilmu yang tinggi dapat dihapuskan / dipunahkan oleh orang yang ilmunya dalam. Orang yang menekuni ilmu kebatinan / spiritual melalui suatu keguruan biasanya akan diajarkan ilmu-ilmu yang sudah menjadi bagian dari program keilmuannya, ada paket kurikulumnya. Biasanya pada tahapan terakhir seseorang belajar ilmu, dia akan diajarkan ilmu-ilmu tertinggi dan ilmu-ilmu pamungkas perguruan itu. Tetapi biasanya masih ada ilmu lain yang tidak diajarkan kepadanya, yaitu ilmu kesepuhan, yaitu ilmu yang hanya akan diajarkan kepada seseorang yang dinilai secara watak dan kepribadian orang tersebut sudah cukup sepuh. Semua ilmu yang diterima oleh seorang murid, biasanya hanya terbatas pada materi keilmuan saja. Ilmu kesepuhan yang diterima seseorang biasanya selain berisi materi ilmu-ilmu tertentu, juga berisi ajaran filosofi tentang materi ilmunya, cara-cara meningkatkan kualitas ilmu, rahasia-rahasia ilmu dan rahasia-rahasia menangkal suatu ilmu, sampai cara-cara menyatukan ilmu seseorang dengan dirinya sehingga seseorang bukan hanya memiliki banyak koleksi ilmu, tetapi ilmu itu juga menyatu dengan dirinya, dan cara-cara memaksimalkan pengembangan penguasaan keilmuan ke tingkatan yang lebih tinggi dan sekaligus dalam, dan memaksimalkan kekuatan diri sendiri sampai membangun kekuatan yang tinggi dengan penyatuan diri dengan alam semesta pengertian alam semesta disini bukan hanya alam lingkungan manusia tinggal, atau bulan, bintang, matahari, dsb, tetapi juga kekuatan dari roh-roh lain dan kekuatan dari roh ke-Tuhan-an. Biasanya ilmu kesepuhan yang diajarkan seorang guru kepada muridnya adalah hasil pencapaian pribadi sang guru. Berbagai ilmu kesepuhan yang ada akan semakin berkurang pada generasi berikutnya, karena selain sedikitnya pribadi yang dianggap pantas menerima ilmu tersebut sehingga ada ilmu yang tidak diturunkan, biasanya seseorang murid juga sudah puas dengan apa yang sudah dimilikinya, sehingga tidak ada dorongan dari dirinya sendiri untuk memperdalam ilmu. Begitu juga dengan aspek filosofi dari keilmuan seseorang, hanya sedikit sekali yang mendalaminya. Pengertian Aku dan Guru Sejati dalam tulisan ini hanya dimaksudkan dalam bidang keilmuan kebatinan dan spiritual saja. Sebenarnya pengertian Aku dan Guru Sejati hadir dalam banyak bidang kehidupan dan segla aspek. Pada tingkatan keilmuan yang tinggi sosok guru sejati ini merupakan pengejawantahan kegaiban seseorang yang menuntun seseorang mengerti dan menguasai keilmuannya dengan lebih mendalam dan menyeluruh dan akhirnya memunculkan juga kemampuan weruh sakdurunge winarah mengetahui sesuatu sebelum itu terjadi, mengetahui masa depan, dan menajamkan indera keenam-nya yang terkait dengan keilmuannya. Pada tingkatan keilmuan yang tinggi Guru Sejati ini adalah sukma kita atau roh sedulur papat kita sendiri, ditambah sukma-sukma dan pribadi-pribadi tertentu yang sudah mengayomi kita secara langsung maupun tidak langsung. Guru sejati ini yang akan menuntun kita dalam olah kebatinan dan spiritual, yang dapat menuntun kita mempelajari dan mengetahui hal-hal tertentu yang akan sulit kita ketahui bila hanya melakukan pencarian sendiri, apalagi mengenai pengetahuan yang sifatnya berdimensi tinggi. Guru sejati ini yang akan mendatangkan / mengajarkan berbagai macam pengetahuan kebatinan spiritual dalam bentuk ajaran langsung, wangsit / wahyu ataupun ilham. Dalam proses laku menekuni ilmu, Aku berperan mengendalikan segala sesuatu yang dilakukan. Dalam semua laku pencarian pengetahuan, mempelajari kebenaran dan aspek pengetahuan di dalamnya, keberadaan sosok guru sejati akan sangat berguna untuk menuntun ke arah pengetahuan yang benar dan dalam tempo yang lebih singkat, dibandingkan bila harus melakukan pencarian sendiri. Sosok guru sejati ini bisa siapa saja, bisa seorang guru manusia, bisa khodam ilmu / pendamping, bisa roh-roh leluhur, bangsa jin, dewa, dsb. Bila kemudian aspek suatu pengetahuan sudah didapatkan, bila tidak ada lagi guru yang dapat menuntunnya, dia dapat melakukan pencarian sendiri ke dimensi pengetahuan yang lebih tinggi mengandalkan kemampuan batin dan sukmanya sedulur papatnya. Aspek Aku dan Guru Sejati ini ada pada semua bidang kehidupan kita sehari-hari, bukan hanya dalam bidang keilmuan batin spiritual. Kita sendiri kadangkala bisa merasakan adanya ajaran-ajaran yang berupa ide-ide dan ilham yang mengalir di dalam pikiran kita. Mengalirnya ide dan ilham di dalam pikiran kita bisa menjadi suatu bentuk “ajaran” sebagai sumber inspirasi untuk ditindaklanjuti, bisa juga adalah jawaban dari pencarian kita. Begitu juga manusia yang hidup di negara maju. Mereka yang menjadi penemu, peneliti, atau pengembang suatu teori ilmiah, pengetahuan, ataupun peralatan modern dan canggih, mereka melakukannya bukan dengan semata-mata mendasarkan pada kecerdasan otak mereka, tetapi terutama mendasarkan diri pada kecerdasan mereka untuk mendayagunakan mengalirnya ide dan ilham di dalam pikiran mereka sebagai sumber inspirasi untuk ditindaklanjuti, bisa juga itu adalah solusi dari permasalahan mereka. Karena itu mereka sangat menghargai ide-ide, pendapat dan pemikiran-pemikiran orang lain walaupun berbeda dengan pemikiran dan pendapat mereka, dan semua perbedaan itu akan menjadi bahan untuk ditindaklanjuti, yang menginspirasi mereka untuk maju membangun. Kontras sekali dengan kehidupan kita disini yang sangat mengagungkan ego dan ke-Aku-an, yang tidak menghargai perbedaan pendapat, malah cenderung mendikte, mengeliminasi / menindas adanya perbedaan pandang, sehingga hidup kita penuh dengan dogma dan doktrin, yang menyebabkan kehidupan kita sulit sekali untuk maju dan peradaban kita sulit sekali untuk menjadi modern. Kehidupan peradaban modern tidak semata-mata diisi dengan pembangunan fisik, peralatan modern atau kekayaan materi, tetapi terutama adalah sikap hidup masyarakatnya yang modern, yang selalu berpikir dan bersikap positif dalam segala hal, yang bersifat membangun, bukan destruktif dan menindas. Contoh Aku dan Guru Sejati yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari adalah cerita tentang suatu mahluk hidup yang disebut kuman, yang sering disebut sebagai penyebab suatu sakit / penyakit, yang sedemikian kecilnya ukuran tubuhnya sehingga tidak dapat diinderai dengan mata kita, hanya dapat dilihat melalui mikroskop. Bagi kita yang belum pernah melihatnya secara langsung, kita hanya bisa percaya. Walaupun tidak bisa membuktikan sendiri kebenarannya, tetapi kita percaya, karena kita banyak menerima cerita kedokteran, juga karena ada bukti-bukti berupa foto-foto gambarnya. Manusia di bidang kedokteran / kesehatan atau petugas laboratorium biologi / mikrobiologi dapat menuntun dan mengajar kita, menjadi guru sejati kita, bila kita ingin melihatnya sendiri dan membuktikan kebenarannya berikut aspek pengetahuan di dalamnya. Begitu juga dengan keberadaan mahluk halus di sekitar kita, yang tidak dapat diinderai dengan mata kita. Bila secara rasa batin kita dapat merasakan keberadaannya, kita dapat memperjelas dengan cara penglihatan gaib, atau dengan cara kebatinan / spiritual yang lain. Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib akan sangat berguna untuk melihat sendiri kebenaran keberadaannya. Kemampuan melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib juga akan sangat berguna untuk mendapatkan sosok-sosok gaib yang dapat menuntun kita mengetahui hal-hal gaib yang akan sulit kita ketahui bila hanya melakukan pencarian sendiri, apalagi mengenai pengetahuan gaib yang sifatnya berdimensi tinggi. Pada tingkatan keilmuan yang tinggi Guru Sejati ini adalah sukma kita atau roh sedulur papat kita sendiri, terutama ketika sudah tidak ada lagi suatu sosok yang dapat mengajar dan membimbing kita. Ketika masih dalam kondisi awam, roh para sedulur papat akan bersama-sama dengan kita dalam proses belajar mereka juga ikut belajar, tetapi perkembangan belajar mereka jauh lebih cepat daripada kita, karena secara roh mereka mengetahui hal-hal yang tidak kita ketahui secara fisik dan dapat kemudian memberitahukan pengetahuan mereka kepada kita berupa ide-ide dan ilham atau penglihatan gaib yang mengalir dalam pikiran kita. Mereka mengerti seluk-beluk kehidupan kita, termasuk pekerjaan kita yang terkait dengan teori dan alat berteknologi tinggi ataupun teori-teori ilmiah tingkat tinggi. Karena itu bila kita aktif memperhatikan interaksi / pemberitahuan dari mereka itu, kita akan lebih mudah dalam mempelajari sesuatu apapun dalam kehidupan kita dan tidak akan menemukan jalan buntu di dalam suatu permasalahan. Mereka akan aktif hadir di dalam perenungan-perenungan. Roh kita sebagai Pancer, sebenarnya juga bersifat roh, sehingga juga dapat mengetahui hal-hal yang bersifat roh. Tetapi secara duniawi roh Pancer ini terbelenggu dalam kehidupan biologis manusia, sehingga manusia tidak peka dengan hal-hal yang bersifat roh. Karena itu seringkali seseorang harus bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya, harus bisa melepaskan belenggu keduniawiannya, untuk bisa mendalami hal-hal yang bersifat roh dan keTuhanan. Di dalam proses pencarian spiritual, roh sedulur papat dan roh para leluhur akan saling berinteraksi, menjadi Guru Sejati yang akan berperan mendatangkan / mengajarkan ilmu dan pengetahuan kepadanya, walaupun orang yang bersangkutan tidak mengetahui siapa sajakah para pribadi yang sudah menjadi guru sejatinya. Itulah sebabnya, seseorang yang mempunyai garis keturunan orang ilmu akan lebih mudah mempelajari sesuatu ilmu, dibanding orang lain yang tidak mempunyai garis keturunan orang ilmu. Sesuatu objek yang sudah kita ketahui keberadaannya, kemudian kita pelajari sisi pengetahuan spiritualnya, aspek asal-usul keberadaannya, sifat-sifatnya, tujuan keberadaannya, apa saja perbuatannya, dsb. Secara pribadi pengetahuan itu akan menjadi pengetahuan yang bersifat kebatinan / spiritual, walaupun yang kita pelajari adalah bidang teknis modern. Seseorang yang mempelajari dunia spiritual, atau bahkan yang digelari master spiritual sekalipun, tidak berarti ia mengetahui segala-galanya. Tentang aspek pengetahuan apa saja yang diketahuinya dan akan menjadi sejauh mana pengembangan spiritualitasnya akan tergantung pada interest masing-masing. Dan sosok guru sejati yang bersamanya akan mengajarkan segala sesuatu sesuai bidang pengetahuannya masing-masing. Seseorang yang sudah mendapatkan pencerahan’ tentang sesuatu, apapun itu, sudah seharusnya ia berusaha mengenali siapa sajakah yang telah menjadikannya kaweruh, kemudian memberikannya penghormatan khusus dan mendekatinya untuk mendapatkan pengajaran yang lebih lanjut dan mendalam. Siapa tahu mereka yang telah berkenan kepadanya itu ada juga para leluhurnya yang telah menerima wahyu kesepuhan, yang kemudian jika mereka berkenan membuka diri lebih lanjut, mungkin segala sesuatu “ilmu” akan diturunkan kepadanya, walaupun yang sedang dipelajarinya itu adalah pengetahuan teknis modern futuristik masa depan. Mungkin juga kemudian para Dewa-pun akan berkenan menurunkan wahyu keilmuan / spiritual kepadanya. Aspek penting Guru Sejati hadir di dalam keilmuan kebatinan dan spiritual dengan penekanan pada usaha untuk mengenali siapa saja yang menjadi guru sejatinya dalam proses keilmuannya, supaya seseorang bertekun kepada gurunya itu untuk mendapatkan bimbingan yang mendalam. Ketika sudah tidak ada lagi suatu sosok yang dapat menjadi guru pembimbing, maka roh sedulur papat akan menjadi pembimbingnya yang utama, yang akan aktif memberikan ide dan ilham, penglihatan gaib, dan jawaban dari berbagai pencarian dan pertanyaan, dan menuntun pada pengetahuan yang lebih tinggi untuk ditindaklanjuti. Inilah aspek penting dalam dunia kebatinan jawa yang menekankan pengenalan pada roh sedulur papat, sehingga muncul konsep Sedulur Papat Kalima Pancer sebagai Guru Sejati bagi seseorang yang penekanannya adalah pada penyatuan interaksi antara seseorang Pancer dengan para roh sedulur papatnya. Dan bila saja para dewa berkenan sehingga seseorang menerima suatu wahyu keilmuan / spiritual / kesepuhan dalam dirinya, maka keberadaan wahyu itu akan melipatgandakan kemampuan orang tersebut dalam memahami dan mempelajari pengetahuan yang berdimensi tinggi termasuk pengetahuan yang bersifat teknologi modern masa depan. Biasanya sedulur papat akan aktif tersugesti oleh laku pancernya, yaitu akan aktif mengikuti apa saja yang dijalani oleh pancernya orangnya, baik dalam laku kebatinan dan spiritual maupun dalam aktivitas kehidupan modern, apalagi yang bersifat pengetahuan tingkat tinggi dan berdimensi tinggi. Dalam kondisi itu aktifnya sedulur papatnya adalah karena tersugesti oleh laku pancernya, sedulur papatnya akan aktif mencarikan inspirasi dan pengetahuan berdimensi tinggi dan memberitahukannya kepada pancernya, sehingga pancernya juga menjadi tahu. Dalam kondisi yang seperti ini pancernya sudah bisa menjadikan sedulur papatnya itu sebagai Guru Sejati-nya yang mengajarkan segala sesuatu pengetahuan kepadanya, yang memberikan banyak pengetahuan dan inspirasi untuk ditindaklanjuti. Dalam proses belajar, banyak pihak yang bisa menjadi Guru Sejati kita, terutama adalah pihak-pihak yang nyata-nyata sudah mengajar kita, yang sudah menjadikan kita menguasai suatu ilmu atau pengetahuan. Konteks Sedulur Papat sebagai Guru Sejati kita muncul ketika tidak ada lagi pihak yang menuntun dan memberi kita ajaran, sehingga kita harus mempelajarinya sendiri. Dalam kondisi ini kita mempelajari sesuatunya sendiri, mengandalkan kecerdasan pikiran dan kecerdasan batin kita sendiri. Dalam kondisi ini interaksi dengan sedulur papat akan lebih intensif, berupa mengalirnya ide dan ilham sebagai inspirasi untuk ditindaklanjuti, walaupun tidak kita sadari bahwa ide dan ilham itu berasal dari para roh sedulur papat. Keilmuan dan pengetahuan yang didasarkan pada kesadaran akan kesejatian manusia akan dapat dengan lebih cepat berkembang dan meningkat, karena manusia yang menyadari kesejatiannya akan juga mengenal potensinya sebagai mahluk biologis dan sebagai mahluk roh. Pengetahuan yang tidak diketahui secara fisik manusia akan dapat diketahui secara roh. Dan apa yang sudah dapat diketahui secara roh akan menunjang pengetahuan duniawi manusia. Tidak selamanya dalam semua hal yang kita tekuni kita akan menemukan suatu sosok yang dapat mengajar atau membimbing kita. Aspek roh sedulur papat menjadi penting karena mereka selalu ada pada kita, dan apapun kebaikan dan kekuatan yang dimiliki oleh sedulur papat itu, efeknya akan selalu berimbas kepada kita, menjadi kebaikan dan kekuatan kita juga, karena mereka adalah bagian dari diri kita sendiri. Kekuatan mereka dan penghayatan kita pada kebersamaan mereka, akan mewujudkan suatu kekuatan batin dan sukma yang akan berguna dalam melandasi kemantapan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena itu seringkali dikatakan, dalam hubungannya dengan kebatinan jawa, bahwa ilmu seseorang sudah mencapai puncaknya apabila sudah dapat menemui wujud Guru Sejati, yang tidak lain adalah roh sedulur papat, yang wujudnya secara halus benar-benar mirip orang yang bersangkutan. Tetapi sebenarnya itu barulah awal dari suatu tahapan yang penting. Hanya sekedar bisa melihat atau bertemu dengan roh sedulur papat tidak akan berarti apa-apa dan tidak akan memberi manfaat apa-apa. Tetapi kesempurnaan akan didapatkan jika seseorang bisa mendayagunakan kesatuan sedulur papat dengan orang itu sendiri dalam setiap usaha dan perbuatannya. Pendayagunaan roh sedulur papat sebagai Guru Sejati dapat dilakukan dengan memperhatikan semua pemberitahuan dari mereka yang berupa rasa dan firasat, penglihatan gaib, ide dan ilham, dan jawaban dari berbagai pertanyaan dan permasalahan, atau menjadikannya sebagai satu kekuatan batin dan sukma yang mendasari perbuatan-perbuatan, atau pada tingkatan yang lebih tinggi dapat mendayagunakannya sebagai suatu pribadi yang bisa diajak berpikir dan berkomunikasi seolah-olah mereka adalah sosok-sosok roh lain yang berdiri sendiri-sendiri. Dalam pencapaian kebatinan dan spiritual yang tinggi orang akan mencari kekuatan tertinggi dalam kehidupan manusia, sehingga kemudian mereka akan menemukan konsep tentang Tuhan, yang kemudian “Tuhan” itu ditindaklanjuti dalam pencarian kebatinan spiritual mereka dan kekuatan Tuhan itu Roh Agung Alam Semesta akan mengisi juga kekuatan mereka. Karena itulah pada tingkat kebatinan spiritual yang tinggi orang akan bertekun dalam kebatinan spiritual ketuhanan dan menyelaraskan sikap batin dan cara hidup mereka dengan sifat-sifat Tuhan yang mereka kenal, bukan menyelaraskan diri dengan kekuatan alam dan duniawi lagi. Pada tingkatan ini diyakini bahwa yang menjadi Guru Sejati mereka adalah Tuhan Roh Agung Alam Semesta dan sedulur papat mereka, yang diyakini sudah menginspirasi mereka dan memberikan kekuatan dan perlindungan kepada mereka, sehingga kemudian orang akan sampai pada konsep-konsep hubungan manusia dan Tuhan seperti konsep Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sangkan Paraning Dumadi, Sukma Sejati, dsb.. Penekanan terhadap Aku, menjadikan seseorang mudah puas diri dan sombong atas apa yang telah berhasil diraihnya. Semua yang telah dicapainya dan yang dimilikinya dianggapnya sebagai hasil usahanya sendiri, hasil prestasinya sendiri, sering melupakan siapa saja yang telah berjasa atas apa yang telah diraihnya. Semua yang dilakukannya hanyalah untuk mengejar kepuasan diri dan ke-Aku-annya. Pengenalan diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan seseorang lebih mengenal dirinya, dan mengetahui sejauh mana pengembangan yang akan bisa dilakukannya. Pengenalan diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan seseorang lebih mampu menerima ide-ide / ilham / wangsit untuk pengembangan diri dan kepribadiannya. Pengenalan diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan seseorang mau belajar dan menerima ajaran dari siapa saja yang berguna untuk pengembangan diri dan kepribadiannya, dan tidak akan merendahkan seseorang ataupun suatu ajaran. Pengenalan diri terhadap Aku dan Guru Sejati akan menjadikan seseorang berusaha mengenali siapa sajakah yang telah memberinya ajaran, kemudian memberikannya penghormatan khusus dan mendekatinya untuk mendapatkan pengajaran yang lebih lanjut dan mendalam. Guru bisa dicari kemana saja, jika diperlukan, dari satu guru ke guru lain yang lebih tinggi. Hasil pencapaian seseorang tergantung pada usahanya sendiri dan pribadi guru yang menjadi pembimbingnya. Pencarian spiritual yang tinggi akan membawa seseorang kepada suatu tahapan yang tak terduga. Masing-masing guru akan memberikan pencerahan’ kepada yang diajarnya. Ketekunan kepada Guru Sejati akan mengantarkan seseorang kepada tingkat Tercerahkan. Wassalam… Guru sejati akan menunjukkan jalan bagi anda, kemana harus melangkah, apa yang harus dikerjakan, bagaimana mendapatkan pelajaran atas setiap kejadian yang muncul – yang sesungguhnya kejadian tersebut berawal dari diri kita sendiri, bagaimana cara mendapatkan solusi paling baik dari setiap masalah yang timbul ketika kita sedang belajar memahami Sang Maha Kuasa. Guru sejati akan bisa anda dapatkan dengan mempelajari ilmu spiritual yang benar benar mengantar anda kehadapannya. Ilmu yang benar adalah ilmu yang bisa membawa anda melampaui teori dan filsafat, karena kedua hal tersbuet sebenarnya adalah hasil dari pengalaman belaka. Ilmu spiritual yang benar mampu membuat anda mengalami sendiri bukan hanya mendengar atau membaca kata si a atau si b. Pada umumnya penyesalan selalu datangnya terlambat. Hal ini seringkali terjadi pada seseorang yang lemah iman atau sebab ketidak tahuan. Percikan bibit salah jalan, diawali keliru meletakkan Tujuan hidup. Keduniawian adalah tujuan antara, tujuan akhir adalah kembali ke Tuhan. Menggapai sukses pribadi dalam rangka hidup bermakna bagi sesama, sebagai sarana mencapai tujuan akhir. Bila tujuan antara yaitu sukses keduniawian dijadikan tujuan akhir. . .Maka segala cara akan ditempuh, yang penting kaya, berkuasa menjadi presiden, gubernur bupati, Yang paling berbahaya dari aspek spiritual, mengadakan kerjasama,minta pertolongan mahluk halus atau khodam. Sadar atau tanpa sadar,orang tersebut telah menggadaikan akhiratnya. Dikemas dengan alasan sesamar apapun, hal ini termasuk katagori menduakan Tuhan. Banyak diantara kita yang berusaha mencari guru sejati, tapi yang ditemui bukanlah yang sejati, banyak diantara kita yang ingin bertemu dengannya malah terjebak pada mahluk-mahluk yang sebenarnya masih ciptaan belaka. Banyak diantara kita yang mempelajari ilmu spiritual untuk mencari sang guru, tapi yang didapat malahan jebakan dari asumsi pikiran belaka, ada juga yang terjebak dengan ego-amarah-keinginan yang ada did alam diri sendiri. Tapi bersyukurlah bagi yang tak terjebak pada mahluk mahluk yang hanya ciptaan sang Guru Sejati. Menjelang ajal tiba,kuasa-kuasa kegelapan tersebut,akan menjemput anda. Penyesalan saat sakaratul maut, terlambat sudah, saat itu anda tahu siapa yang menjemput. Jiwa atau roh anda akan dibawa di alam kehidupannya, sengsara tiada habisnya. Mulai sekarang. . . . sadarlah !,seberapa besar keinginanmu- serumit apapun masalahmu, minta tolonglah hanya kepada Sang Guru Sejati. Pahamilah, bahwa guru sejati adalah Tuhan itu sendiri, Tuhan telah memberikan sebagian dari dirinya sendiri kepada kita, sebagian dari dirinya tersebut adalah percikan cahaya Tuhan, percikan cahaya Tuhan ini ada di dalam diri kita semua. Bila kita bisa terhubung dengan percikan cahaya tersebut, maka kita akan bisa terhubung dengan Tuhan yang Maha Esa. Bila and aberuntung belajar ilmu spiritual yang benar, maka anda akan dihantar sampai dengan cahaya sejati, percikan cahaya Tuhan di dalam diri. Banyak orang sudah tahu dan paham atas keyakinan, Tuhan lah Yang Maha Kuasa. Sesembahan tempat bergantung dan memohon pertolongan segala kebuTuhan. Faktanya, Sang Guru Sejati tidak segera mengabulkan keinginannya, padahal iktiar dan doa selalu dipanjatkan. Ada fakta lain, melalui kuasa perantara mahluk ciptaanNya, ternyata lebih cepat terkabul. Kuasa perantara orang pintar,orang suci, leluhur suci-sakti, supranaturalis, dukun, ziarah kubur para tokoh, dll. Saya berdoa agar kita semua tak terjebak dengan kuasa perantara, saya berdoa supaya kita semua bisa mendapatkan ilmu spiritual yang mengantar langsung sampai kepada Sang guru Sejati yang ada di dalam diri kita. Kenyataan tersebut membuat hati bimbang, keyakinan ada di jalan persimpangan. Kemurnian meng ESA kan Tuhan menjadi ternoda, ganda keyakinan dalam mendapatkan pertolongan. Dualisme ganda keyakinan ini berjalan subur, bahkan mentradisi menjadi hal yang lumrah. Tersamar Tuhan hanya dijadikan stempel atas ijinNya, tapi justru terwujudnya hajat dari kuasa perantara. Posisi kuasa perantara menjadi penentu, bahkan ada yang mengAgungkan setara dengan Tuhan. dalam hal ini, perhatikan benar ilmu spiritual yangs edang anda pelajari, apakah benar itu membawa langsung kehadapanNya, ataukah....??? Bagi yang tak menjaga prinsip kemurnian dalam meng ESA kan Tuhan, kondisi tersebut dianggap wajar saja. Sebenarnya mudah saja bila kita semua bisa selalu mendapatkan bimbingan dari sang Guru Sejati, karena setiap langkah yang kita ambil akan selalu dalam bimbingannya, pengawasannya akan selalu hadir. Kondisi dilematis, subur terpola, mentradisi, dualisme tersamar kukuh dalam pembenaran. Permasalahan timbul bagi yang murni tidak mau menduakan kuasa Tuhan, sesamar apapun kemasannya. Diperlukan keteguhan prinsip disaat menentukan pilihan di jalan persimpangan. Pengenalan metodologi bagaimana kuasa Tuhan bekerja pada diri setiap manusia adalah solusi yang perlu disosialisasikan. Jangan khawatir, karena guru sejati akan selalu bersama kita semua, sampai kapanpun. Terkadang kita lah yang lupa bahwa sang guru ada didalam diri kita. Ya benar, kita hanya lupa,...karena dulu kita pernah tau, dan sesungguhnya kita adalah bagian dariNya. Pengetahuan atas metodologi bekerjanya kuasa Tuhan dalam diri kita ini sesungguhnya disebarkan oleh setiap utusannya, tapi sayangnya karena bahasa yang disampaikan tak bisa selalu dipahami dnegan mudah, dan lagi ad abanyak makna yang tersembunyi diantara kalimat kalimat tersebut. Secara sistematis juga kita dikondisikan untuk tak bisa memahaminya. Tapi....tak usah khawatir, karena Tuhan berkehendak untuk ditemui oleh mahluknya, maka secara sistematis juga alam semesta sebagai sistem maha besar yang dibuat olehNya memberi kita peluang dalam bentuk ilmu spiritual untuk dipelajari. Ilmu ini akan membawa anda langsung kehadapanNya. Menemui sang guru sejati akan menjadi bisa dilakukan tiap orang, seperti dahulu kala. Ilmu ini bukan lagi milik segolongan orang tertentu, bukan hanya segelintir orang yang layak untuk mempelajarinya, tapi semua bisa. Ikuti program pengembangan diri berbasis energi kesadaran yang akan mengantar anda sampai ke Guru Sejati yang ada di dalam diri anda sendiri, silahkan klik link di bawah ini untuk informasi lengkapnya silahkan klik link program diatas untuk informasinya Anda bisa hubungi saya setiap saat untuk mendaftar Coach Erlangga Hp Baca juga artikel lain yang terkait klik judul artikel untuk membaca About Erlangga Asvi Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Selain guru sejati yang ada didalam diri kita, siapapun bisa menjadi guru sejati kita, apabila ada kerendahan hati untuk belajar dan mendapatkan pengajaran... [caption id="attachment_39836" align="alignleft" width="198" caption="diakah guru sejati? wordpress"][/caption]Terinspirasi tulisan Bapak Fatchurrachman di Kompasiana, 'SANG GURU SEJATI' yang ditulis berseri, membuat saya bertanya-tanya, siapakah guru sejati saya selama ini?Kemudian saya tersadarkan, di antara banyak guru _ siapa saja didalamnya _selama ini, yang sungguh-sungguh sejati adalah diri saya sendiri. Di antara sekian tulisan yang ada semuanya mengalir untuk menasehati dan mengajari diri sendiri. Kadang didalam sunyi diriku dan 'diriku' saling berdialog. Karena sesungguhnya diri kita yang satu ini terdapat dua makhluk. Yakni makhluk yang berupa jasmani dan terlihat mata dan makhluk spiritual yang tak terlihat. Jadi didalam tubuh kita yang palsu ada didiami makhluk spiritual yang abadi, yang merupakan diri kita yang sejati, yang hakiki. Dialah sumber ilmu kita yang tertinggi, dan itulah yang seharusnya kita cari dan gali untuk menuntun kehidupan kita. Agama adalah sarana atau jalan bagi kita untuk menemukan dan untuk mengenali diri kita. Karena setelah dengan sungguh-sungguh mengetahui dan mengenal diri kita sendiri , maka pada akhirnya adalah kita dapat mengenal Tuhan kita sebagai Sang selama ini, kita seakan melupakan atau menelantarkan diri kita yang sejati yang setiap hari tak berhenti mengajari? Mungkin karena tidak mengetahui atau tidak mau menyediakan waktu saat guru kita ini mau mengajari . Karena dalam hidup ini, kita terlalu sibuk dengan urusan duniawi dan lebih terpesona dengan hal-hal yang berbentuk , yang sesungguhnya tertarik kepada guru-guru spiritual yang punya kesaktian tinggi atau minimal sudah terkenal. Keinginan duniawi/jasmani lebih besar daripada keinginan spiritual /rohani. Kita lebih tertarik mendandani tubuh kita dengan rapi dan warna - warni daripada mendandani hati lebih mendahulukan memberi wewangian kepada tubuh kita daripada memberikan wewangian pada hati kita. Karena apabila kita lebih membuat wangi hati kita, maka yang terpancar adalah perbuatan baik yang dapat memberikan manfaat, dan aromanya bisa menyebar kemana-mana. Itulah sebabnya kita tertipu dan tidak maju-maju dalam dalam mengenal diri sendiri. Selanjutnya kita lebih mementingkan hidup dengan diri kita yang palsu. Susah payah mencari nafkah demi memberikan makan pada tubuh ini. Akan tetapi makanan bagi rohani terlupakan. Akhirnya kekurangan gizi dan kelaparan. Tapi kita sepertinya santai dan tenang-tenang saja. Seakan tak ada merasakan sedikit keberuntungan, saat mulai mau mendengarkan dan merenungkan pengajaran dari guru sejati didalam diri ini. Yang selama ini, karena begitu lembut dan halus bisikannya seakan tak terdengar. Ditambah lagi akibat kebisingan kehidupan dunia yang penuh ketegangan. Terkadang suara itu datang dan hilang tanpa bisa didengarkan. Syukurlah alunan suara ini tak berhenti untuk hadir memberikan pengajaran dan selalu mau mengingatkan langkah-langkah hidup sudah selesai? Seandainya ketika kita mau untuk sedikit merendahkan hati, banyak sekali guru-guru sejati disekitar yang telah, sedang dan siap memberikan pengajaran kepada kita. Sekali lagi kalau kita ada memiliki kerendahan hati untuk menjadikan siapa saja sebagai guru. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya Oleh Sabihis Al-BashirFounder Great Insani Learning, Kandidat Magister Filsafat UIN guru pernah mengatakan bahwa apapun yang kita letakkan paling utama dalam hidup, itulah yang akan menjadi puncak eksistensi diri kita. Jika kita berpikir bahwa pekerjaan adalah hal yang utama karena ia mendukung kehidupan kita, sesungguhnya itu adalah sebuah jalan pemikiran yang keliru. Yang sebenarnya mendukung kehidupan kita adalah the self, sang diri sejati, yakni Kesadaran-kita. Pekerjaan adalah salah satu channel atau saluran atau ekspresi dari the self. Namun, kita tidak menyadari ini. Kita hanya menganggap bahwa pekerjaan adalah segala-galanya, sementara kita melupakan sesuatu yang lebih besar di dalam diri kita. Itu sebabnya kita tidak pernah merasakan kebahagiaan dan kedamaian yang berkelanjutan, yang kita dapat setiap hari adalah penderitaan dan kita tahu bahwa Tuhan akan selalu menjaga hidup kita, dan kita hidup berdasarkan kesadaran ini di mana pun kita berada serta pekerjaan apapun yang kita lakukan tanpa ada kekhawatiran dan keraguan, niscaya hidup kita akan terasa damai dan harmoni. Kepanikan dan kekhawatiran adalah sumber segala masalah. Keraguan dan ketidakhadiran iman kepada Tuhan dan menjauhnya kita dari kesadaran adalah inti masalah itu sendiri. Bahkan, kesalahan halus yang sering kita lakukan adalah merasa jauh dan terpisah dari kesadaran Ilahi ini. Oleh karena itu, kita harus meletakkan perhatian dan usaha untuk menemukan kesadaran diri sebagai hal yang paling utama dalam hidup kita hingga akhirnya kita bisa menemukan diri sejati yang di bagaimana dengan liburan dan jalan-jalan, serta pekerjaan harian kita? Sebenarnya kemanapun kita pergi, kita membawa diri kita sendiri. Jika kita adalah orang yang sedang bersedih, kemanapun kita pergi kesedihan itu selalu ikut bersama kita. Demikian juga, kegalauan, kesedihan, kebahagiaan, kesenangan, kegelisahan, keraguan, kekhawatiran, kebingungan, dan harapan tidak berpindah tempat ketika kita pergi, mereka akan selalu ikut kemana saja kita kita berpikir mereka akan menghilang manakala kita ambil liburan dan jalan-jalan. Yes, untuk beberapa hari mungkin mereka akan diam dan tidak mengganggu liburan kita, tapi tidak lama kemudian mereka datang lagi memberi bumbu dalam perjalanan hidup kita. Jika kita sedang tidak merasa harmoni, kita melihat kesalahan di semua tempat dan keadaan. Hotel ini tidak nyaman. Restoran ini kurang bagus, makanannya kurang enak. Orang-orang di sekitar kita tidak menyenangkan dan kita merasa tidak diterima oleh semua orang. Itu semua terjadi di dalam diri kita dan bukan di luar diri kita. Di luar diri kita semuanya harmoni dan tidak gagal dalam ucapan dan perbuatan. Pahamilah ini secara orang yang ingin benar-benar bangun dan terbebas dari penderitaan, dia harus mengutamakan ajaran tentang pencerahan dalam hidupnya. Dia harus punya keinginan yang kuat untuk mendekati Tuhan, tidak hanya sekedar sambil angin lalu. Seringkali terjadi bagi banyak orang, ketika persoalan kehidupan semakin rumit, mereka mulai berpaling dari kesadaran akan Tuhan menuju kesadaran akan materi. Jika ini terjadi, hal itu menunjukan bahwa kita belum punya keinginan yang cukup kuat untuk bangun dan harus sampai pada suatu kesimpulan bahwa kedamaian dan kebahagiaan itu adanya di dalam kita, bukan di luar diri kita. Tapi untuk mencapai itu, sesuatu dalam diri kita haruslah kuat. Jiwa dan ruh kita haruslah kuat, jangan lemah. Kalau jiwa dan ruh kita kuat, kita akan merasakan kebahagiaan dan kedamaian itu mengalir bersama kehidupan kita setiap semua realitas dan kejadian yang kita alami selama ini adalah ekspresi atau proyeksi dari jiwa dan ruh kita sendiri. Oleh karena itu, jika kita mencari kedamaian dan kebahagiaan, ia ada di dalam diri kita. Jika kita ingin merubah suasana di lingkungan sekitar kita, jawabannya juga ada di dalam diri kita. Apapun yang kita butuhkan untuk menikmati hidup ini itu ada juga di dalam diri kita. Kita harus bertanya secara tulus pada diri kita sendiri, apa benar aku ini ingin damai dan bahagia serta tercerahkan?Apabila kita berbuat baik, maka tentu akan menuai hasil perbuatan baik kita. Terkadang kita menghindar dari menjalani kehidupan spiritual karena kita merasa kita sudah bahagia. Sejak kita memiliki hal-hal baik dalam hidup selalu terjadi pada kita, kita lupa bahwa segala sesuatu itu berubah. Keberuntungan kita mungkin akan berakhir hari esok, dan itu bisa saja terjadi. Hari ini kita bahagia dan merasa keberuntungan berpihak pada kita, mungkin saja esok hari atau lain waktu kita menjadi orang yang paling dunia ini adalah gurauan semesta. Ia bermain dengan kita. Ia ingin kita menjadi bergantung kepadanya. Pikiran kita terbentuk dengan sangat kuat untuk meneguhkan betapa terikatnya kita dengan alam material ini. Hanya sedikit orang yang mampu menghindari keterikatan ini. Dalam kitab suci dikatakan, di antara seribu orang manusia hanya satu yang benar-benar mencari Tuhan. Dan di antara seribu orang itu pula hanya satu orang mampu menemukannya. Hal ini bukan karena sulit menemukan Tuhan melainkan karena keterikatan kita yang terlalu kuat dengan kehidupan material dan tidak benar-benar ingin mencari pembebasan tidak mungkin menemukan jati diri atau mendekati Tuhan manakala kita asyik dengan kehidupan material ini. Tapi, bukan berarti kita juga harus menjadi pertapa dan menanggalkan kehidupan duniawi. Hanya yang perlu kita lakukan adalah menetapkan apa tujuan utama dalam hidup kita. Apakah tujuan utama kita itu mencapai kenikmatan, mencapai kekayaan, kekuasaan dan popularitas atau sesuatu yang lebih tinggi dari itu? Diri kita akan lelah jika terus-terusan memperjuangkan hal-hal yang sementara ini, sampai suatu saat kita dibenturkan pada kenyataan terbawah kita yaitu sakit, tua, menderita, dan segalanya hilang terambil dari kita. Maka, katakan, “Tidak!” Sebab itu semua adalah sekunder. Yang primer adalah menemukan diri sejati’ kita, dan fokuslah ke kita percaya bahwa segala sesuatu telah berada dalam takdirnya dan segalanya dicukupi oleh Tuhan, maka itu sangat mungkin terjadi manakali kita bisa menemukan diri sejati’ kita. Bahkan, diri sejati’ itu akan lebih baik melakukan pekerjaannya menjaga dan mencukupi kehidupan kita lebih dari yang kita lakukan. Oleh karena itu, kita tidak perlu terus-menerus memikirkan urusan dunia dan keinginan dari tubuh ini sepanjang waktu, melainkan fokus lebih banyak mencari diri sejati’ kita sebelum habis masa harus mulai mengerti bahwa hanya diri kita yang dapat melarutkan ilusi kehidupan sementara ini dan bangun untuk menemukan kebenaran dari diri sejati’ kita. Cukuplah mulai dengan kesadaran bertanya di mana kita sekarang dan apa yang kita lakukan sepanjang hari. Kita perlu bertanya lebih dalam apakah yang kita lakukan setiap hari ini benar-benar esensial untuk menemukan diri sejati’ atau hanya sekedar rutinitas memenuhi ambisi kita mungkin berdalih dengan alasan hanya memenuhi kebutuhan hidup. Tapi coba kita merenung lagi, bukankah kebutuhan hidup yang tidak bisa dihindari ini adalah konsekuensi keinginan kita di masa lalu? Kita punya kebutuhan’ membayar cicilan, itu karena keinginan’ kita di masa sebelumnya. Kita perlu’ menjaga dan mengembangkan perusahaan, itu karena ambisi kita di masa lalu. Ini tidak salah tapi kita tidak bisa lari dari konsekuensi. Kita hanya perlu melihat kehidupan kita dari sudut pandang yang lebih baik renungkan hari ini saat kita mulai terbangun di pagi hari. Seberapa sering kita merenungkan keinginan untuk menemukan diri sejati’. Atau jangan-jangan keinginan itu sudah hilang dan tergantikan oleh banyaknya pekerjaan serta ribetnya urus ini dan itu. Tiap bangun pagi, kita sibuk ngecek handphone, lihat orang update status tentang apa, lihat perkembangan politik dan ekonomi dunia seperti apa. Tiap bangun pagi kita langsung berpikir apa-apa saja yang akan kita kerjakan hari ini dan target apa yang harus kita capai. Lagi-lagi, ini tidaklah semuanya salah, tapi apa benar kita mau melakukan itu sepanjang hidup kita? Apakah benar kita tidak ingin menemukan diri sejati’ kita sebelum kita mati?Coba renungkan aktivitas harian kita saat kita terbangun di pagi hari. Seberapa sering kita mempraktikan perenungan dan pencarian tentang diri sejati’ kita secara sungguh-sungguh. Seberapa sering kita memohon kepada Tuhan agar menolong kita keluar dari keterikatan ilusi duniawi kita. Seberapa sering kita berpasrah’ kepada Tuhan agar kita diberi kecukupan, kebebasan, kedamaian dan sungguh, kita tidak sering melakukannya karena kita merasa mampu berdiri di atas kaki sendiri. Kita merasa adalah bagian dari situasi dunia, yang harus ikut membuat perubahan dan berlomba-lomba mencapai setiap keinginan kita. Kita merasa adalah bagian dari tempat yang kita tinggali. Kita merasa adalah bagian dari waktu, keadaan, personalitas, dan persoalan-persoalan di sekitar kita. Inilah yang dikatakan guru-guru sejati yang membuat kita lupa akan diri sejati’ kita. Mereka mengatakan,’diri sejati’ itu sudah ada di dalam diri kita, sudah ada sejak lahir dan akan selalu ada. Pertanyaanya, apa yang sudah kita lakukan untuk membuktikannya?Saat kita khawatir, kita menjauh dari pencarian diri sejati’ ini. Meskipun kita percaya bahwa kita memiliki sesuatu untuk dikhawatirkan. Dan hal itu mungkin sangat penting bagi kita tapi kalau kita lihat dari sudut pandang yang lebih tinggi hal itu sama sekali tidak perlu dikhawatirkan. Sama sekali tidak perlu dikhawatirkan. Tidak peduli bagaimana bentuk kekhawatiran itu muncul tapi sadarilah bahwa sesuatu yang membuat kita khawatir itu adalah sebentuk penampilan dari fenomena dunia yang akan merusak konsentrasi kita dalam pencarian diri sejati’. Bukan berarti kita tidak peduli hal-hal yang mengkhawatirkan di sekitar kita melainkan kita harus mampu melihat darimana sumber kekhawatiran itu dan untuk apa kekhawatiran itu datang, dan siapa sesungguhnya yang sedang mengalami kekhawatiran itu. Jangan-jangan itu hanyalah pikiran kita saja sementara dalam realitasnya tidaklah kita memiliki rasa takut, ketakutan dalam bentuk apapun, lagi-lagi kita menjauhkan diri dari pencarian diri sejati’ kita. Tetapi sebenarnya, apa sih yang kita takuti sementara kesadaran akan diri sejati’ ada di dalam diri atas sudah disebutkan bahwa manakala kita sadar akan diri sejati kita, kita akan selalu dijaga oleh Tuhan. Kita tidak akan dibiarkan menderita. Kita tidak akan dibiarkan dalam kegelisahan, kecemasan, kepanikan, kebingungan dan keraguan. Melainkan kita akan dianugerahkan kesadaran, kedamaian, ketenangan, kebahagian, keyakinan dan keimanan. Tidak ada yang lain lagi. Kitab suci mengatakan, “Saat kita aman dalam hidup, maka saat itulah kita dalam perlindungan Tuhan”.Oleh karena itu, hati-hatilah dengan pikiran kita sendiri yang sering ber-manuver menyebabkan rasa gelisah dan takut serta salah paham terhadap berbagai aspek dari kehidupan kita. Baik dan buruk adalah seperti dua sisi yang berbeda dari satu koin yang demikian, kita tidak perlu mencoba untuk merubah sikap buruk manusia menjadi sikap baik darinya. Kita hanya perlu melampaui keduanya. Sebab baik dan buruk itu tergantung dari sudut pandang mana kita melihat. Sudut pandang di mana tempat kita melihat dan menilai datang dari isi pikiran kita pikiran kita sendiri tidak dapat menjadi sebuah ukuran kebenaran dalam menilai, kecuali pikiran kita dibimbing oleh diri sejati’ yang sudah hadir dan aktif dalam diri kita. Tidak ada yang salah dalam setiap episode kehidupan kita. Terkadang, kita harus mengalami baik dan buruk suatu keadaan, sengsara dan gembira suatu peristiwa, salah dan benar dalam bersikap, semua itu justru untuk memperkuat otot-otot hidup kita agar kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran darinya, sehingga makin hari kualitas hidup kita makin bagi dari sudut pandang kesadaran diri sejati. []

cara menemukan guru sejati dalam diri